Senin, 04 November 2013

Membangun Strategi Sosial Nasionalisme yang Berkelanjutan



Nasionalisme menjadi salah satu tema penting dalam suatu masyarakat disuatu negara. Faktor yang mendukung berkembagnya isu tentang nasionalisme, patriotisme dan semangat kebangsaan muncul ketika suatu kumpulan masyarakat dituntut untuk membela secara suka rela berdasarkan hati nurani untuk membela dan mempertahankan kedaulatan negaranya.
   Nasionalisme berkembang menjadi suatu isu global, berbagai strategi diterapkan disetiap lapisan masyarakat untuk kembali mempertahankan kedaulatan negaranya, nasionalisme juga tidak bisa lepas dari pandangan politik yang bersentuhan langsung dengan ideologi dan kedaulatan itu sendiri.

Semangat nasionalisme sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat nasionalisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:
1.  Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.
2.  Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis, seperti: daerah perbatasan, kawasan industri strategis, daerah pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang dan hasil hutan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program pendidikan dan pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat.
3.   Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan partisipasi masyarakat.
4.    Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian prestasinya diangkat oleh media massa. Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti: penyelesaian konflik, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan lain-lain
Dudley Seers mengungkapkan beberapa langkah yang selama ini ditempuh para pemimpin nasional tidak efektif dalam konteks strategi pembangunan nasional, yaitu :
1.  konsep perencanaan pembangunan yang ada selama ini umumnya terlalu menekankan pada hal-hal teknis ekonomis. Dalam pandangan Dudley Seers, konsep perencanaan pembangunan yang baru (atau, lebih tepat, "strategi" pembangunan) ini harus mencakup berbagai pers oalan kualit atrf dalam bidang-bidang sos ial, politik dan pertahanan keamanan, seperti: (a) isu pemerataan, (b) keterbukaan politik, (c) kekuatan militer yang tidak hanya diukur dari belanja militer dalam anggaran pembangunan, tetapijuga dari kepentingan nasional, (d) konsistensi kebijakan politik dan militer.
2.    Kesalahan dalam menafsirkan konsep perencanaan pembangunan berakibat juga secara langsung pada proses dan mekanisme pelaksanaan/penerapannya. Fungsi badan/lembaga/tantor perencanaan (di Indonesia dikenal sebagai BAPPENAS/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) pada umunmya menyimpang dan tujuan semula
3.  Konsep dan mekanisme pengaturan finansial yang diterapkan oleh para pemimpin nasionalis umumnya jugamenunj ukkan kele mahan mendasar strategi pembangunan nasionalis mereka. Banyak negara yang memutuskan untuk menempuh strategi pembangunan nasionalis gagal karena finansial mereka.
Dari langkah tidak efektif yang dikemukakan Dudley Seers, strategi pembangunan nasional tidak bisa lepas dari dunia politik. Kepemimpinan politik bukan sesuatu yang pasif dalam proses pembangunan ekonomi politik suatu negara. Perilaku aktif dan reaktif sesungguhnya selalu menjadi bagian dari "nature" kepemimpinan politik. Ketika sistem internasional bergeser dari persoalan "ideologi" ke persoalan "ekonomi", seperti terjadi pada era "detente" tahun 1970-an dan lenyapnya perungdingan tahun L99}-an, kepemimpinan politik nasional juga menyesuaikan dengan perubahan itu.
Keputusan Rumania di awal 1970-an (yang, saat itu, masih berhaluan marxis/sosialis) bergabung dengan IMF mencerminkan peran aktif /reaktif kepemimpinan polink negeri ini. Sejak awal I970-an (era "detente") hingga era 1990-an ini, perubahan demi perubahan telah banyak ditempuh oleh negara-negan dalam merespon sistem internasional yangberubah tadi. Sehingga, adalah naif jika kita menganggap bahwa sistem internasional (i.e. pembiigian kerja internasional) bisa mendikte negara-negara,. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa jalan "revolusioner" (seperti dianjurkan teoritisi-teoritisi dependensia di luar Cardoso, Faletto dan Sunkel) dengan memisahkan diri dari sistem internasional tidak pernah ada dalam benak dan rancanga n parapemimpin nas ionalis. Yang mereka lakukan selama ini adalah bagaimana merespon sistem internasional itu sehingga tidak meruntuhkan kepentingan dasar politik dan nasional mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar