Selasa, 15 Januari 2013

Manusia dan Harapan


Nilai – Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan

Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi:
a.    Nilai kejuangan dan semangat pengorbanan
yaitu nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll
b.    Nilai kerumahtanggaan
yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam setiap keluarga
c.    Nilai kemandirian kaum wanita
yaitu, Nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita
Dalam hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yang beragam baik itu masalah positif maupun negative. Untuk menghadapi persoalan hidup tersebut manusia perlu belajar dari manusia lainnya baik formal maupun informal agar memiliki kehidupan yang sejahtera menurut Aristoteles, hidup dan kehidupan itu berasal dari generation spontanea, yang berarti kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Dengan pengetahuan serta pengertian agama tentang adanya kehidupan abadi di akhirat, manusia menjalankan ibadahnya. Ia akan menjalankan perintah Tuhan melalui agama, serta menjauhkan diri dari larangan yang diberikan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk yang tidak berdaya di hadapan Tuhan.


 MACAM-MACAM NILAI
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Nilai logika adalah nilai benar salah
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.

Makna  Harapan
Harapan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia, dan manusia itu sendiri ingin mewujudkannya. Dengan kata lain hampir sama dengan cita-cita. Setiap manusia saya kira punya harapan. Contoh : saya sendiri memliki suatu harapan yaitu dimasa mendatang saya bisa memiliki suatu tempat usaha yang nantinya akan membantu masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan. Untuk mewujudkan harapan saya itu, mulai dari saat ini saya selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dan belajar denga tekun karena itu merupakan suatu modal dasar untuk mewujudkan harapan saya tersebut. Bagaimana dengan anda ? Mungkin berbeda, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda.

Ketika seseorang memiliki harapan maka orang itu memiliki dorongan atau motivasi yang besar untuk mewujudkannya, tidak sedikit mereka yang memiliki harapan besar dapat mewujudkannya. Banyak orang-orang besar didunia bisa terkenal karena mampu mewujudkan harapannya, sebagai contoh presiden 1 RI yang memiliki harapan agar negaranya merdeka, dengan usaha yang gigih harapan tersebut akhirnya dapat terwujud dan sekarang bangsa indonesia bisa merasakannya.

* Inti dari pembahasan ini menurut saya adalah Harapan itu sangat penting dan sangat berguna karena dapat mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan tekun supaya harapannya bisa menjadi kenyataan. Dengan Harapan pula manusia lebih memiliki semangat untuk menjalani hidup. Karena tidak mustahil sesuatu yang besar ( yang dapat tercipta ) berasal dari harapan yang kecil. Jadi sekecil apapun harapan kita berusahalah untuk mewujudkannya, karena siapa tahu harapan yang kecil itu akan menjadi buah yang besar dimasa mendatang.
Makna Kepercayaan
          Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Adapun ucapan yang sering kita dengar :
·         Ia tidak percaya pada diri sendiri
·         Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya akan kebenarannya.
·         Kita harus percaya akan nasihat-nasihat Kiai itu, karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran AL-Quran dan sebagainya.

Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang lain yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberi tahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.

Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Misalnya Adi beragama islam, maka yakinlah Adi bahwa agama itu benar. Kalau Adi tidak yakin bahwa agama itu benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya, kalau orang lain beragama lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap kebenaran agaa itu. Keyakinan itulah yang perlu dihormati.

Apakah kebenaran itu ?
            Sebelum kita melanjutkan pembicaraan mengenai bentuk-bentuk pernyataan kepercayaan, kiranya lebih baik bila kita bicarakan dahulu arti kebenaran.
            Kebenaran, menurut Poedjawiyatna dalam bukunya etika filsafat tingkah laku, merupakan cita-cita orang yang tahu. Sudah tentu dalam hal ini kebenaran tersebut adalah kebenaran logis. Bagaimana sulitnya mencapai kebenaran logis itu, tetapi benar-benar diusahakan orang. Tidak ada seorang pun yang suka akan kekelirua. Ini nyatanya pula dalam usaha ilmu dalam mencapai kebenaran orang tidak memperhitungkan susah payah dan biaya, tujuannya ialah kebenaran.
            Manusia mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi dalam bergaul. Pada manusia yang utama adalah bahsa (lisan atau tertulis) yang terdiri dari kata-kata yang digabungkan dalam bentuk kalimat. Dalam kalimat itu tercetuskan suatu keputusan,yang merupakan hasil tahu.
            Persesuaian antar putusan dengan keyakinan yang mengatakan disebut orang kebenaran etis. Dalam logika kebenaran ialah persesuaian antara tahu dan obyek yang diketahui. (cita-cita manusia adalah kebenaran yang logis yang benar, sehingga sekaligus ada kebenaran yang logis). Kebenaran logis disebut juga kebenaran obyektif dan kebenaran etis disebut juga kebenaran subyektif.

            Jika tidak ada antara persesuaian antara putusan dan obyeknya yang diketahui, maka ada dua kemungkinan :
a)      Orang yang mengutarakan putusan (mengatakan) itu kelitu.
b)      Orang yang mengutarakan itu sengaja mengatakan yang tidak sesuai dengan realitas yang diketahuinya dan karenanya juga tidak sesuai dengan keyakinan. Adapun disebut bohong atau dusta.
Kekeliruan adalah bukan obyek etika dan karena kekeliruan  orang tidak dianggap buruk, lain halnya berdusta atau bohong adalah tindakan etis yang buruk. Jelas kebenaran atau tidak kebenaran itu timbul dari manusia.

Berbagai Kepercayaaan dan Usaha Meningkatkannya

            Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Karena itu, sesuai dengan contoh-contoh didepan maka kepercayaan dapat dibedakan atas :

1.      Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu perlu ditanamkan dalam setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakikatnya percaya pada TuhanYang Maha Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
 
2.      Kepercayaan kepada orang lain
Percaya pada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu itu dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apa lagi membuat janji kepada orang lain. 

3.      Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat tidak mempunyai kepercayaan Tuhannya, sebab tidak ada lagi tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar dapat pertolongan dari-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia.

Berbagai usahadilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu tergantung kepada pribadi, kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
a)      Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita
b)      Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
c)      Meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
d)     Menekan perasaan negative seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.

Sumber : http://liez10.blogspot.com/2011/04/manusia-dan-nilai-nilai-harapan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar